DAMPAK LIMBAH SAMPAH
PLASTIK BAGI MASYARAKAT
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
ARIEF FIKRI
PROGRAM STUDI ILMU
PENGETAHUAN ALAM
KATA PENGANTAR
Puji Syukur
kita panjatkan ke-hadirat
Allah Yang Maha
Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nyalah, karya
ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan baik
dengan judul pembuangan limbah
sampah di Indonesia.
Dengan membuat tugas
ini saya harapkan
kita semua mampu
untuk lebih mengenal
tentang masalah sampah
dan berbagai bahaya yang
dapat ditimbulkannya, yang
merupakan salah satu
PR besar bangsa
Indonesia dan sering
kali tidak ditanggapi
dengan baik dan
bijaksana oleh masyarakat
Indonesia.
Saya sadar,
sebagai seorang pelajar
yang masih dalam
proses pembelajaran, penulisan karya ilmiah
ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena
itu, saya sangat
mengharapkan adanya kritik
dan saran yang
bersifat positif, guna penulisan karya
ilmiah yang lebih baik
lagi di masa
yang akan datang.
Harapan saya,
semoga karya ilmiah
yang sederhana ini,
dapat memberi kesadaran
tersendiri bagi generasi
muda bahwa pentingnya
menjaga, memelihara, dan
melestarikan lingkungan
untuk negeri kita
tercinta Indonesia. Amiin…
Kuala
Kapuas, September 2012
Penulis
i
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mandeskripsikan tentang sampah plastik dan dampaknya
terhadap lingkungan sekitar.Penelitian ini
didasarkan atas pemikiran bahwa kurangnya kesadaran masyarakat akan
lingkungan sekitarnya terutama dalam hal sampah plastik.Kita bisa mengetahui
dampak sampah plastik bagi lingkungan dan kesehatan kita .
Penelitian
ini difokuskan pada cakupan khusus sampah plastik, karna smpah plastik sudah
terlalu dianggap biasa oleh masyarakat kita apalagi bahan plastik ini sangat
mudah didapat dengan harga yang terjangkau. Analisis ini dilakukan melalui
studi kepustakaan, wawancara, dan browsing internet.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sampah
plastik sangat berbahaya bagi lingkungan jika dibiarkan terus menerus bahkan
sampah plastik ini akan terurai dalam waktu yang sangat lama sehingga ini
berpengaruh pada lingkungan dan kelangsungan ekosistem. Walaupun dibakar sampah plastik ini pun masih
berakibat pada kesehatan manusia.untuk itu dilakukanlah hal-hal yang bisa
mencegah dan menendalikan sampah plastik ini, karna hal ini akan berdampak
panjang bagi lingkungan dan anak cucu kita nantinya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ................ i
ABSTRAK................................................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.................................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................................................ 2
C. Tujuan
Penelitian............................................................................................................. 2
D. Manfaat
Penelitian ......................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
A. Teori................................................................................................................................. 4
1. Pengertian
Sampah................................................................................................. 4
2.
Dampak Sampah bagi Manusia dan
Lingkungan..................................................... 5
3. Bahaya
sampah Palastik bagi Kesehatan dan Lingkungan....................................... 6
4. Usaha
Pengendalian
Sampah.................................................................................. 7
5.
Prinsip-prinsip Produksi Bersih............................................................................... 8
6.
Peran Pemerintah dalam Menangani Sampah....................................................... 9
7.
Kompos, Alternatif Problem Sampah..................................................................... 10
BAB III METEDOLOGI
PENELITIAN........................................................................................
11
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................
12
A.
Kesimpulan............................................................................................................
12
B. Saran-Saran........................................................................................................... 13
iii
|
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu
faktor yang menyebabkan
rusaknya lingkungan hidup
yang sampai saat ini
masih tetap menjadi
“PR” besar bagi
bangsa Indonesia adalah
faktor pembuangan limbah sampah
plastik. Kantong plastik
telah menjadi sampah
yang berbahaya dan
sulit dikelola. Manusia
memang dianugerahi Panca
Indera yang membantunya
mendeteksi berbagai hal yang
mengancam hidupnya. Namun
di dalam dunia
modern ini muncul
berbagai bentuk ancaman
yang tidak terdeteksi
oleh panca Indera
kita, yaitu berbagai
jenis racun yang
dibuat oleh manusia
sendiri.
Lebih dari
75.000 bahan kimia
sintetis telah dihasilkan
manusia dalam beberapa
puluh tahun terakhir. Banyak
darinya yang tidak
berwarna, berasa dan
berbau, namun potensial menimbulkan bahaya
kesehatan. Sebagian besar
dampak yang diakibatkannya memang berdampak jangka
panjang, seperti kanker,
kerusakan saraf, gangguan
reproduksi dan lain - lain.
Sifat racun
sintetis yang tidak
berbau dan berwarna,
dan dampak kesehatannya
yang berjangka panjang, membuatnya
lepas dari perhatian
kita. Kita lebih
risau dengan gangguan
yang langsung bisa
dirasakan oleh panca
indera kita.
Hal ini
terlebih dalam kasus
sampah, di mana
gangguan bau yang
menusuk dan pemandangan
(keindahan/kebersihan)
sangat menarik perhatian
panca indera kita.
Begitu dominannya gangguan bau
dan pemandangan dari
sampah inilah yang
telah mengalihkan kita dari bahaya racun dari sampah, yang
lebih mengancam kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita.
1
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas,
maka rumusan masalah
pada penelitian ini
adalah :
1. Apakah yang
di maksud dengan
sampah?
2. Apa saja
bagian – bagian
sampah?
3. Bagaimana dampak
sampah bagi kehidupan?
4. Bagaimana bahaya
sampah plastic bagi
kesehatan dan lingkungan?
5. Bagaimana cara
mengurangi sampah?
6. Apa yang
di maksud dengan
prinsip produksi bersih?
C. TUJUAN
PENELITIAN:
Untuk mengetahui bahaya
racun yang ditimbulkan
oleh sampah.
Saat ini sampah
telah banyak berubah.
Setengah abad yang lalu
masyarakat belum banyak mengenal
plastik. Mereka lebih
banyak menggunakan berbagai
jenis bahan organis.
Di masa 1980-an orang
masih menggunakan tas
belanja dan membungkus
daging dengan daun jati.
Sedangkan sekarang kita
berhadapan dengan sampah - sampah jenis
baru, khususnya berbagai
jenis plastik. Sifat
plastik dan bahan
organis sangat berbeda. Bahan organis
mengandung bahan - bahan alami
yang bisa diuraikan
oleh alam dengan
berbagai cara, bahkan
hasil penguraiannya berguna
untuk berbagai aspek
kehidupan.
Sampah plastic dibuat
dari bahan sintetis,
umumnya menggunakan minyak
bumi sebagai bahan
dasar, ditambah bahan - bahan
tambahan yang umumnya
merupakan logam berat (kadnium, timbal,
nikel) atau bahan
beracun lainnya seperti
Chlor. Racun dari plastik
ini terlepas pada
saat terurai atau
terbakar.
Penguraian
plastic akan melepaskan
berbagai jenis logam
berat dan bahan
kimia lain yang
dikandungnya. Bahan kimia
ini terlarut dalam
air atau terikat
di tanah, dan kemudian
masuk ke tubuh
kita melalui makanan
dan minuman.
Sedangkan
pembakaran plastic menghasilkan
salah satu bahan
paling berbahaya di
dunia, yaitu Dioksin. Dioksin
adalah salah satu
dari sedikit bahan
kimia yang telah
diteliti secara intensif
dan telah dipastikan
menimbulkan Kanker. Bahaya
dioksin sering disejajarkan dengan
DDT, yang sekarang
telah dilarang di
seluruh dunia. Selain
dioksin, abu hasil
pembakaran juga berisi
berbagai logam berat
yang terkandung di
dalam plastik.
2
D. MANFAAT
PENELITIAN
Dengan adanya
penelitian ini diharapkan
akan memberikan manfa’at
yaitu :
Dapat mengetahui
sampah yang ada di Indonesia,
bagian - bagiannya, dampak yang ditimbulkannya, bahayanya
bagi kesehatan dan
lingkungan khususnya sampah plasik,
cara mengurangi dan mengerti
tentang prinsip produksi
bersih.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI
1. Pengertian Sampah
Sampah adalah
bahan yang tidak
mempunyai nilai atau
tidak berharga untuk maksud
biasa atau utama
dalam pembikinan atau
pemakaian barang rusak
atau bercacat dalam
pembikinan manufaktur atau
materi berkelebihan atau
ditolak atau buangan”. Sampah adalah
suatu bahan yang
terbuang atau dibuang
dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun
proses alam yang
belum memiliki nilai
ekonomis.” (Istilah Lingkungan untuk Manajemen,
Ecolink, 1996). Berangkat
dari pandangan tersebut
sehingga sampah dapat
dirumuskan sebagai bahan
sisa dari kehidupan
sehari – hari masyarakat. Sampah yang
harus dikelola tersebut
meliputi sampah yang
dihasilkan dari:
1.
Rumah tangga
2.
kegiatan komersial: pusat
perdagangan, pasar, pertokoan,
hotel, restoran, tempat
hiburan.
3. fasilitas sosial:
rumah ibadah, asrama,
rumah tahanan/penjara, rumah
sakit, klinik, Puskesmas
4.
fasilitas umum: terminal,
pelabuhan, bandara, halte
kendaraan umum, taman,
jalan,
5.
Industri
6.
hasil pembersihan saluran
terbuka umum, seperti
sungai, danau, pantai.
Sampah padat pada
umumnya dapat di
bagi menjadi dua
bagian
Ø
Sampah Organik
Sampah organik
(biasa disebut sampah
basah) dan sampah
anorganik (sampah kering). Sampah Organik
terdiri dari bahan - bahan
penyusun tumbuhan dan
hewan yang diambil
dari alam atau
dihasilkan dari kegiatan
pertanian, perikanan atau
yang lain.
Sampah ini dengan
mudah diuraikan dalam
proses alami. Sampah
rumah tangga sebagian
besar merupakan bahan
organik, misalnya sampah
dari dapur, sisa
tepung, sayuran dll.
4
Ø
Sampah Anorganik
Sampah Anorganik
berasal dari sumber
daya alam tak
terbarui seperti mineral
dan minyak bumi,
atau dari proses
industri. Beberapa dari
bahan ini tidak
terdapat di alam
seperti plastik dan
aluminium. Sebagian zat
anorganik secara keseluruhan
tidak dapat diuraikan oleh
alam, sedang sebagian
lainnya hanya dapat
diuraikan dalam waktu
yang sangat lama.
Sampah jenis ini
pada tingkat rumah
tangga, misalnya berupa
tas plastic dan
botol kaleng
Kertas, koran,
dan karton merupakan
pengecualian. Berdasarkan asalnya,
kertas, koran, dan
karton termasuk sampah
organik. Tetapi karena
kertas, koran, dan
karton dapat didaur
ulang seperti sampah
anorganik lain (misalnya
gelas, kaleng, dan
plastik), maka dimasukkan ke
dalam kelompok sampah
anorganik.
2.
Dampak Sampah bagi
Manusia dan lingkungan
Sudah kita
sadari bahwa pencemaran
lingkungan akibat perindustrian
maupun rumah tangga
sangat merugikan manusia,
baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Melalui kegiatan
perindustrian dan teknologi
diharapkan kualitas kehidupan
dapat lebih ditingkatkan.
Namun seringkali peningkatan
teknologi juga menyebabkan
dampak negatif yang tidak
sedikit.
Dampak bagi
kesehatan
Lokasi dan
pengelolaan sampah yang
kurang memadai (pembuangan
sampah yang tidak terkontrol) merupakan
tempat yang cocok
bagi beberapa organisme
dan menarik bagi
berbagai binatang seperti
lalat dan anjing
yang dapat menimbulkan
penyakit.
Potensi bahaya
kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai
berikut:
o
Penyakit diare, kolera,
tifus menyebar dengan
cepat karena virus
yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan
tidak tepat dapat
bercampur air minum.
Penyaki t demam berdarah
(haemorhagic fever) dapat
juga meningkat dengan
cepat di daerah
yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai.
o
Penyakit jamur dapat
juga menyebar (misalnya
jamur kulit).
o
Penyakit yang dapat
menyebar melalui rantai
makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit
yang dijangkitkan oleh
cacing pita (taenia).
Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam
pencernakan binatang ternak
melalui makanannya yang
berupa sisa makanan/sampah.
5
o
Sampah beracun: Telah
dilaporkan bahwa di
Jepang kira - kira 40.000
orang meninggal akibat mengkonsumsi
ikan yang telah
terkontaminasi oleh raksa
(Hg). Raksa ini
berasal dari sampah
yang dibuang ke
laut oleh pabrik
yang memproduksi baterai
dan akumulator.
Dampak Terhadap
Lingkungan
Cairan rembesan
sampah yang masuk
ke dalam drainase
atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme
termasuk ikan dapat
mati sehingga beberapa
spesies akan lenyap,
hal ini mengakibatkan
berubahnya ekosistem perairan
biologis. Penguraian sampah
yang dibuang ke dalam
air akan menghasilkan
asam organic dan
gas - cair organik, seperti
metana. Selain berbau
kurang sedap, gas
ini dalam konsentrasi
tinggi dapat meledak.
Dampak terhadap
keadaan social dan ekonomi
o
Pengelolaan sampah yang
kurang baik akan
membentuk lingkungan yang
kurang menyenangkan bagi masyarakat:
bau yang tidak
sedap dan pemandangan
yang buruk karena
sampah bertebaran dimana - mana.
o
Memberikan dampak negatif
terhadap kepariwisataan.
o
Pengelolaan sampah yang
tidak memadai menyebabkan
rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal
penting di sini
adalah meningkatnya pembiayaan
secara langsung (untuk mengobati orang
sakit) dan pembiayaan
secara tidak langsung
(tidak masuk kerja,
rendahnya produktivitas).
o
Pembuangan sampah padat
ke badan air
dapat menyebabkan banjir
dan akan memberikan
dampak bagi fasilitas
pelayanan umum seperti
jalan, jembatan, drainase,
dan lain - lain.
o
Infrastruktur lain dapat
juga dipengaruhi oleh
pengelolaan sampah yang
tidak memadai, seperti tingginya
biaya yang diperlukan
untuk pengolahan air.
Jika sarana penampungan
sampah kurang atau
tidak efisien, orang
akan cenderung membuang
sampahnya di jalan. Hal
ini mengakibatkan jalan
perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.
3. Bahaya Sampah
Plastik bagi Kesehatan
dan Lingkungan
NETIZEN Salah
satu faktor yang
menyebabkan rusaknya lingkungan
hidup yang sampai saat
ini masih tetap
menjadi “PR” besar
bagi bangsa Indonesia
adalah faktor pembuangan
limbah sampah plastik.
Kantong plastic telah
menjadi sampah yang
berbahaya dan sulit dikelola.
Diperlukan waktu
puluhan bahkan ratusan
tahun untuk membuat
sampah bekas kantong plastic itu
benar - benar terurai. Namun
yang menjadi persoalan
adalah dampak negatif sampah plastic
ternyata sebesar fungsinya
juga. Dibutuhkan waktu
1000 tahun agar
plastik dapat terurai
oleh tanah secara
terdekomposisi atau terurai
dengan sempurna. Ini adalah
sebuah waktu yang
sangat lama. Saat
terurai, partikel - partikel plastik
akan mencemari tanah
dan air tanah.
Jika dibakar, sampah
plastic akan menghasilkan
asap beracun yang
berbahaya bagi kesehatan yaitu
jika proses pembakaranya
tidak sempurna, plastik
akan mengurai di
udara sebagai dioksin. Senyawa
ini sangat berbahaya
bila terhirup manusia.
Dampaknya antara lain memicu
penyakit kanker, hepatitis,
pembengkakan hati, gangguan
system saraf dan
memicu depresi. Kantong
plastic juga penyebab
banjir, karena menyumbat
saluran - saluran air, tanggul.
Sehingga mengakibatkan banjir
bahkan yang terparah
merusak turbin waduk.
Diperkirakan 500
juta hingga satu
miliar kantong plastik
digunakan di dunia
tiap tahunnya. Jika sampah – sampah ini
dibentangkan maka, dapat
membukus permukaan bumi
setidaknya hingga 10
kali lipat! Coba
anda bayangkan begitu
fantastisnya sampah plastik yang
sudah terlampau menggunung
di bumi kita
ini. Dan tahukah
anda ? Setiap tahun,
sekitar 500 milyar
– 1 triliyun
kantong plastic digunakan
di seluruh dunia. Diperkirakan setiap
orang menghabiskan 170
kantong plastic setiap
tahunnya (coba kalikan
dengan jumlah penduduk
kotamu!) Lebih dari
17 milyar kantong
plastik dibagikan secara
gratis oleh supermarket
di seluruh dunia
setiap tahunnya. Kantong
plastic mulai marak
digunakan sejak masuknya
supermarket di kota - kota
besar.
Sejak proses
produksi hingga tahap
pembuangan, sampah plastic
mengemisikan gas rumah kaca
ke atmosfer. Kegiatan
produksi plastic membutuhkan
sekitar 12 juta
barel minyak dan
14 juta pohon
setiap tahunnya. Proses
produksinya sangat tidak
hemat energi. Pada tahap
pembuangan di lahan
penimbunan sampah (TPA),
sampah plastik mengeluarkan
gas rumah kaca.
6
4.
Usaha Pengendalian Sampah
Untuk menangani
permasalahan sampah secara
menyeluruh perlu dilakukan
alternatif pengolahan yang benar.
Teknologi landfill yang
diharapkan dapat menyelesaikan
masalah lingkungan akibat sampah,
justru memberikan permasalahan
lingkungan yang baru. Kerusakan tanah,
air tanah, dan air
permukaan sekitar akibat
air lindi, sudah
mencapai tahap yang
membahayakan kesehatan masyarakat,
khususnya dari segi
sanitasi lingkungan.
Gambaran yang
paling mendasar dari
penerapan teknologi lahan
urug saniter (sanitary landfill) adalah
kebutuhan lahan dalam
jumlah yang cukup
luas untuk tiap
satuan volume sampah yang
akan diolah. Teknologi
ini memang direncanakan
untuk suatu kota
yang memiliki lahan dalam
jumlah yang luas
dan murah.
Pada kenyataannya
lahan di berbagai
kota besar di
Indonesia dapat dikatakan
sangat terbatas dan
dengan harga yang
tinggi pula. Dalam hal
ini, penerapan lahan urug
saniter sangatlah tidak
sesuai.
Berdasarkan pertimbangan
di atas, dapat
diperkirakan bahwa teknologi
yang paling tepat untuk
pemecahan masalah di
atas, adalah teknologi
pemusnahan sampah yang
hemat dalam penggunaan
lahan. Konsep utama
dalam pemusnahan sampah
selaku buangan padat adalah
reduksi volume secara
maksimum. Salah satu
teknologi yang dapat
menjawab tantangan tersebut
adalah teknologi pembakaran
yang terkontrol atau
insinerasi, dengan menggunakan insinerator.
Teknologi insinerasi membutuhkan
luas lahan yang
lebih hemat, dan
disertai dengan reduksi
volume residu yang
tersisa ( fly ash
dan bottom ash ) dibandingkan dengan
volume sampah semula.
Ternyata pelaksanaan teknologi
ini justru lebih banyak
memberikan dampak negative
terhadap lingkungan berupa
pencemaran udara. Produk pembakaran
yang terbentuk berupa
gas buang COx,
NOx, SOx, partikulat,
dioksin, furan, dan
logam berat yang
dilepaskan ke atmosfer
harus dipertimbangkan.
Selain itu proses
insinerator menghasilakan Dioxin
yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan, misalnya kanker,
system kekebalan,
reproduksi, dan masalah
pertumbuhan.
Global Anti - Incenatot Alliance
(GAIA) juga menyebutkan
bahwa incinerator juga merupakan sumber
utama pencemaran Merkuri.
Merkuri merupakan racun
saraf yang sangat
kuat, yang mengganggu
sistem motorik, sistem
panca indera dan
kerja sistem kesadaran.
7
Belajar dari
kegagalan program pengolahan
sampah di atas,
maka paradigma penanganan sampah sebagai
suatu produk yang
tidak lagi bermanfaat
dan cenderung untuk
dibuang begitu saja
harus diubah. Produksi
Bersih (Clean Production)
merupakan salah satu pendekatan untuk
merancang ulang industri
yang bertujuan untuk
mencari cara - cara
pengurangan produk - produk samping
yang berbahaya, mengurangi
polusi secara keseluruhan, dan
menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus
ekologis.
5.
Prinsip - prinsip Produksi Bersih
Prinsip -
prinsip yang juga
bisa diterapkan dalam
keseharian, misalnya, dengan
menerapkan Prinsip 4R,
yaitu:
Reduce (Mengurangi);
sebisa mungkin lakukan
minimalisasi barang atau
material yang kita pergunakan.
Semakin banyak kita
menggunakan material, semakin
banyak sampah yang
dihasilkan.
Re-use (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang - barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang - barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang - barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang.
Re-use (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang - barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang - barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang - barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang.
Tidak semua
barang bisa didaur
ulang, namun saat
ini sudah banyak
industri non - formal dan
industri rumah tangga
yang memanfaatkan sampah menjadi barang
lain. Teknologi daur
ulang, khususnya bagi
sampah plastik, sampah
kaca, dan sampah
logam, merupakan suatu
jawaban atas upaya
memaksimalkan material setelah menjadi sampah,
untuk dikembalikan lagi
dalam siklus daur
ulang material tersebut.
Replace ( Mengganti);
teliti barang yang
kita pakai sehari - hari. Gantilah
barang barang yang hanya
bisa dipakai sekali
dengan barang yang
lebih tahan lama.
Juga telitilah agar
kita hanya memakai
barang – barang yang lebih
ramah lingkungan, Misalnya,
ganti kantong keresek
kita dengan keranjang
bila berbelanja, dan
jangan pergunakan Styrofoam karena
kedua bahan ini
tidak bisa didegradasi
secara alami.
Selain itu,
untuk menunjang pembangunan
yang berkelanjutan ( sustainable
development ), saat ini mulai
dikembangkan penggunaan pupuk
organic yang diharapkan
dapat mengurangi penggunaan
pupuk kimia yang
harganya kian melambung.
Penggunaan kompos telah
terbukti mampu mempertahankan kualitas
unsure hara tanah,
meningkatkan waktu retensi air
dalam tanah, serta
mampu memelihara mikroorganisme alami
tanah yang ikut
berperan dalam proses
adsorpsi humus oleh
tanaman.
8
Penggunaan kompos
sebagai produk pengolahan
sampah organik juga
harus diikuti dengan kebijakan dan
strategi yang mendukung.
Pemberian insentif bagi
para petani yang
hendak mengaplikasikan pertanian organic
dengan menggunakan pupuk
kompos, akan mendorong petani lainnya
untuk menjalankan system
pertanian organik. Kelangkaan
dan makin membubungnya harga
pupuk kimia saat
ini, seharusnya dapat
dimanfaatkan oleh pemerintah
untuk mengembangkan system
pertanian organik.
6.
Peran Pemerintah dalam
Menangani Sampah
Dari perkembangan kehidupan
masyarakat dapat disimpulkan
bahwa penanganan masalah sampah tidak
dapat semata - mata ditangani
oleh Pemerintah Daerah
(Pemerintah Kabupaten/Kota).
Pada tingkat perkembangan
kehidupan masyarakat dewasa
ini memerlukan pergeseran ke
pendekatan sumber dan
perubahan paradigma yang
pada gilirannya memerlukan adanya
campur tangan dari
Pemerintah. Pengelolaan
sampah meliputi kegiatan
pengurangan, pemilahan, pengumpulan,
pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan.
Berangkat dari pengertian
pengelolaan sampah dapat disimpulkan
adanya dua aspek,
yaitu penetapan kebijakan
(beleid, policy) pengelolaan
sampah, dan pelaksanaan
pengelolaan sampah.Kebijakan pengelolaan
sampah harus dilakukan
oleh Pemerintah Pusat
karena mempunyai cakupan nasional.
Kebijakan pengelolaan sampah
ini meliputi :
Penetapan
instrumen kebijakan:
instrumen regulasi:
penetapan aturan kebijakan
(beleidregels), undang - undang dan
hukum yang jelas tentang
sampah dan perusakan
lingkungan instrumen ekonomik:
penetapan instrumen ekonomi
untuk mengurangi beban
penanganan akhir sampah
(system insentif dan disinsentif)
dan pemberlakuan pajak bagi
perusahaan yang menghasilkan
sampah, serta melakukan
uji dampak lingkungan.
Mendorong
pengembangan upaya mengurangi
(reduce), memakai kembali
(re - use), dan mendaur – ulang (recycling) sampah,
dan mengganti (replace), Pengembangan produk
dan kemasan ramah lingkungan, Pengembangan
teknologi, standar dan prosedur
penanganan sampah: Penetapan kriteria
dan standar minimal penentuan lokasi penanganan akhir sampah,
penetapan lokasi pengolahan
akhir sampah, luas
minimal lahan untuk
lokasi pengolahan akhir
sampah, penetapan lahan
penyangga.
9
7.
Kompos, Alternatif Problem
Sampah
Sampah terdiri
dari dua bagian,
yaitu bagian organic
dan anorganik. Rata - rata
persentase bahan organik sampah
mencapai ±80%, sehingga
pengomposan merupakan alternatif penanganan yang
sesuai. Pengomposan dapat
mengendalikan bahaya pencemaran
yang mungkin terjadi dan
menghasilkan keuntungan.
Teknologi pengomposan sampah
sangat beragam, baik secara
aerobic maupun anaerobik,
dengan atau tanpa
bahan tambahan.
Pengomposan merupakan
penguraian dan pemantapan
bahan – bahan organik secara biologis dalam
temperature thermophilic (suhu
tinggi) dengan hasil
akhir berupa bahan yang
cukup bagus untuk
diaplikasikan ke tanah.
Pengomposan dapat dilakukan
secara bersih dan
tanpa menghasilkan kegaduhan
di dalam maupun
di luar ruangan.
Teknologi pengomposan
sampah sangat beragam,
baik secara aerobik
maupun anaerobik, dengan atau
tanpa bahan tambahan.
Bahan tambahan yang
biasa digunakan Activator
Kompos seperti Green
Phoskko Organic Decomposer
dan SUPERFARM (Effective
Microorganism) atau menggunakan
cacing guna mendapatkan
kompos (vermicompost).
Keunggulan dari proses
pengomposan antara lain
teknologinya yang sederhana,
biaya penanganan yang relatif
rendah, serta dapat
menangani sampah dalam
jumlah yang banyak
(tergantung luasan lahan).
Pengomposan secara
aerobik paling banyak
digunakan, karena mudah
dan murah untuk dilakukan, serta
tidak membutuhkan control
proses yang terlalu
sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh
mikroorganisme di dalam
bahan itu sendiri
dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan
secara anaerobic memanfaatkan
mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara
dalam mendegradasi bahan
organik.
Hasil akhir
dari pengomposan ini
merupakan bahan yang
sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah - tanah
pertanian di Indonesia,
sebagai upaya ntuk
memperbaiki sifat kimia, fisika
dan biologi tanah, sehingga produksi
tanaman menjadi lebih
tinggi. Kompos yang dihasilkan
dari pengomposan sampah
dapat digunakan untuk
menguatkan struktur lahan kritis,
menggemburkan kembali tanah
pertanian, menggemburkan kembali
tanah pertamanan, sebagai bahan
penutup sampah di
TPA, eklamasi pantai
pasca penambangan, dan sebagai
media tanaman, serta
mengurangi penggunaan pupuk
kimia. Bahan baku pengomposan
adalah semua material
organik yang mengandung
karbon dan nitrogen, seperti
kotoran hewan, sampah
hijauan, sampah kota,
lumpur cair dan
limbah industri pertanian.
10
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
Sampah merupakan
material sisa yang
tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan
konsep buatan manusia,
dalam proses - proses alam
tidak ada sampah,
yang ada hanya
produk - produk yang tak
bergerak.
Sampah dapat
berada pada setiap
fase materi: padat,
cair, atau gas.
Ketika dilepaskan dalam dua
fase yang disebutkan
terakhir, terutama gas,
sampah dapat dikatakan
sebagai emisi. Emisi
biasa dikaitkan dengan
polusi.
Dalam kehidupan
manusia, sampah dalam
jumlah besar datang
dari aktivitas industri (dikenal juga
dengan sebutan limbah),
misalnya pertambangan, manufaktur,
dan konsumsi. Hampir semua
produk industry akan
menjadi sampah pada
suatu waktu, dengan
jumlah sampah yang kira - kira
mirip dengan jumlah
konsumsi. Upaya yang
dilakukan pemerintah dalam
usaha mengatasi masalah
sampah yang saat
ini mendapatkan tanggapan
pro dan kontra dari
masyarakat adalah pemberian
pajak lingkungan yang
dikenakan pada setiap
produk industry yang
akhirnya akan menjadi
sampah. Industri yang
menghasilkan produk dengan kemasan,
tentu akan memberikan
sampah berupa kemasan
setelah dikonsumsi oleh konsumen. Industri
diwajibkan membayar biaya
pengolahan sampah untuk
setiap produk yang dihasilkan,
untuk penanganan sampah
dari produk tersebut.
Dana yang terhimpun
harus dibayarkan pada
pemerintah selaku pengelola
IPS untuk mengolah
sampah kemasan yang dihasilkan.
Pajak lingkungan ini
dikenal sebagai Polluters
Pay Principle. Solusi
yang diterapkan dalam hal
sistem penanganan sampah
sangat memerlukan dukungan
dan komitmen pemerintah. Tanpa
kedua hal tersebut,
sistem penanganan sampah
tidak akan lagi
berkesinambungan.
Tetapi dalam
pelaksanaannya banyak terdapat
benturan, di satu
sisi, pemerintah memiliki keterbatasan pembiayaan
dalam sistem penanganan
sampah. Namun di
sisi lain, masyarakat
akan membayar biaya
sosial yang tinggi
akibat rendahnya kinerja
sistem penanganan sampah. Sebagai
contoh, akibat tidak
tertanganinya sampah selama
beberapa hari di
Kota Bandung, tentu
dapat dihitung berapa
besar biaya pengelolaan
lingkungan yang harus dikeluarkan
akibat pencemaran udara
( akibat bau ) dan
air lindi, berapa
besar biaya pengobatan
masyarakat karena penyakit
bawaan sampah ( municipal
solid waste borne disease ),
hingga menurunnya tingkat
produktifitas masyarakat akibat
gangguan bau sampah.
11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian tentang sampah
yang ada di
Indonesia serta seluk beluknya dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.
Sampah adalah suatu
bahan yang terbuang
atau dibuang dari
sumber hasil aktivitas manusia maupun
proses alam yang
belum memiliki nilai
ekonomis.
2.
Pembakaran plastik menghasilkan
salah satu bahan
paling berbahaya di
dunia, yaitu Dioksin.
Selain dioksin, abu
hasil pembakaran juga
berisi berbagai logam berat
yang terkandung di
dalam plastik.
3.
Sebagian zat anorganik
secara keseluruhan tidak
dapat diuraikan oleh
alam, sedang sebagian lainnya
hanya dapat diuraikan
dalam waktu yang
sangat lama.
4.
Penyakit diare, kolera,
tifus menyebar dengan
cepat karena virus
yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak
tepat dapat bercampur
air minum.
5.
Cairan rembesan sampah
yang masuk ke
dalam drainase atau
sungai akan mencemari air.
Berbagai organisme termasuk
ikan dapat mati
sehingga beberapa spesies akan
lenyap, hal ini
mengakibatkan berubahnya ekosistem
perairan biologis.
6.
Pembuangan sampah padat
ke badan air
dapat menyebabkan banjir
dan akan memberikan
dampak bagi fasilitas
pelayanan umum seperti
jalan, jembatan, drainase,
dan lain - lain.
7.
Dibutuhkan waktu 1000
tahun agar plastic
dapat terurai oleh
tanah secara terdekomposisi
atau terurai dengan
sempurna.
8.
Setiap tahun, sekitar
500 milyar –
1 triliyun kantong
plastic digunakan di
seluruh dunia. Diperkirakan setiap
orang menghabiskan 170 kantong plastic
setiap tahunnya
9.
Produksi Bersih (Clean
Production) merupakan salah
satu pendekatan untuk merancang
ulang industri yang
bertujuan untuk mencari
cara - cara pengurangan produk -
produk samping yang
berbahaya, mengurangi polusi
secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya
yang aman dalam kerangka siklus ekologis.
12
10.
Pengomposan merupakan penguraian
dan pemantapan bahan – bahan
organik secara biologis dalam
temperature thermophilic (suhu
tinggi) dengan hasil
akhir berupa bahan yang
cukup bagus untuk
diaplikasikan ke tanah.
Pengomposan dapat dilakukan
secara bersih dan
tanpa menghasilkan kegaduhan
di dalam maupun
di luar ruangan.
B.
Saran
1. Cara pengendalian
sampah yang paling
sederhana adalah dengan
menumbuhkan kesadaran dari
dalam diri untuk
tidak merusak lingkungan
dengan sampah. Selain
itu diperlukan juga
control sosial budaya
masyarakat untuk lebih
menghargai lingkungan, walaupun
kadang harus dihadapkan
pada mitos tertentu.
Peraturan yang tegas
dari pemerintah juga
sangat diharapkan karena
jika tidak maka
para perusak lingkungan
akan terus merusak
sumber daya.
2. Keberadaan Undang
- Undang persampahan
dirasa sangat perlukan.
Undang - Undang
ini akan mengatur
hak, kewajiban, wewenang,
fungsi dan sanksi
masing - masing
pihak. UU juga
akan mengatur soal
kelembagaan yang terlibat
dalam penanganan sampah.
Menurut dia, tidak
mungkin konsep pengelolaan
sampah berjalan baik
di lapangan jika
secara infrastruktur tidak
didukung oleh departemen
- departemen yang
ada dalam pemerintahan.
3. Demikian pula
pengembangan sumber daya
manusia (SDM). Mengubah
budaya masyarakat soal
sampah bukan hal
gampang. Tanpa ada
transformasi pengetahuan, pemahaman,
kampanye yang kencang.
Ini tak bisa
dilakukan oleh pejabat
setingkat
4. Kepala Dinas
seperti terjadi sekarang.
Itu harus melibatkan
dinas pendidikan dan
kebudayaan, departemen agama,
dan mungkin Depkominfo.
5. Di beberapa
negara, seperti Filipina,
Kanada, Amerika Serikat,
dan Singapura yang
mengalami persoalan serupa dengan
Indonesia, sedikitnya 14
departemen dilibatkan di
bawah koordinasi langsung
presiden atau perdana
menteri.
13
DAFTAR PUSTAKA
Brown R.lester dkk.1999.menyelamatkan
planet bumi.Jakarta : yayasan obor Indonesia.
14
Bet365 Casino Review | The US's Only Casino
BalasHapusBet365 강원 랜드 썰 Casino Review: 안전 바카라 The 스마일토토 US's bet365es Only 토토사이트 Casino